Blog ini membahas tentang masalah kesehatan

Tuesday, July 19, 2016

MENDETEKSI KOMPLIKASI KALA II, PENYULIT SERTA CARA MENGATASINYA



MENDETEKSI KOMPLIKASI KALA II, PENYULIT SERTA CARA MENGATASINYA
A.      Temuan keadaan normal dan abnormal dari partograf
1.      DJJ (Denyut Jantung Janin)
Normal : 120 – 160 x/menit
Abnormal : < 120 x /menit atau > 160 x /menit
(curigai adanya gawat janin)
Penanganan :
a)      Bila sedang dalam infus oksitosi, segera hentikan.
b)      Ibu berbaring miring ke kiri.
c)      Cari penyebab DJJ yang abnormal, misalnya ibu demam/efek obat tertentu. Bila penyebab diketahui, atasi permasalahannya.
d)     Lakukan PD untuk mengetahui hal-hal berikut :
1)      Kemajuan persalinan
2)      Adakah kompresi tali pusat
3)      Air ketuban sedikit
e)      Bila terdapat oligohidramnion akibat ketuban pecah maka kompresi tali pusat diatasi dengan amnio infuse
f)       Bila DJJ tetap abnormal, segera akhiri persalinan dengan cara yang sesuai syarat tindakan:
1)     EV.EF atau
2)     SC
g)      Pada kala II sebanyak 30-40% dapat terjadi bradikardi akibat kompresi, bila persalinan lancar tidak perlu tindakan. 
2.      Air Ketuban
Normal :
a.       U : selaput utuh
b.      J : selaput pecah, air ketuban jernih
Abnormal :
a.     M : Air ketuban bercampur mekonium
b.     D : Air ketuban bercampur darah
c.     K : Tidak ada cairan ketuban/kering
Penanganan :
a.       Jangan biarkan bayi kedinginan, bersihkan mulut dan jalan nafas.
b.      Lakukan resusitasi (respirasi artifisialis) dengan alat yang dimasukkan ke dalam mulut untuk mengalirkan O2 dengan tekanan 12 mmHg. Dapat juga dilakukan mounth to mounth respiration, heart massae (masase jantung) atau menekan dan melepaskan dada bayi. Pemberian O2 harus hati-hati, terutama pada bayi premature bisa menyebabkan lenticlar fibrosis oleh pemberian O2 dalam konsentrasi lebih dari 35% dan lebih dari 24 jam sehingga bayi menjadi tua.
c.       Gejala perdarahan otak biasanya timbul pada beberapa hari post partum, jadi kepala dapat di rendahkan supaya lendir yang menyumbat pernafasan dapat keluar.
d.      Pemberian coramine, lobelin, sekarang tidak dilakukan lagi.
e.       Kalau ada dugaan perdarahan otak diberikan injeksi vitamin K 1-2 mg
f.       Berikan tranfusi darah via tali pusat atau pemberian glukosa.
3.      Perubahan Bentuk Kepala
Normal :
0 : Sutura terpisah
1 : Pertemuan 2 tulang tengkorak yang tepat/bersesuaian
2 : Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki.
Abnormal :
3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki. Evaluasi kemajuan persalinan dan posisi/presentasi. Presentasi selain oksiput anterior dengan flexi sempurna digolongkan dalam malpersentasi.
4.      Penurunan Kepala
Normal :

Bagian terbesar kepala sudah masuk panggul dengan adanya kontraksi kepala semakin turun hingga dasar panggul
Abnormal :
a.       Bagian terbesar kepala tidak masuk panggul.
b.      Dengan adanya kontraksi kepala tidak mengalami penurunan, kepala mengalami kemajuan yang kurang baik, pada persalinan dapat menyebabkan persalinan lama.
Penanganan :
Perubahan bentuk kepala dengan molase tingkat 3 dan kepala tidak turun walaupun ada his
Penanganan CPD :
a.       Secsio Cesarea dapat dilakukan secara efektif atau primer yakni sebelum persalinan mulai atau pada awal persalinan berlangsung selama beberap waktu.
1)      SC efektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup berat atau karena terdapat CPD yang nyata.
2)      Selain itu SC tersebut diselenggarakan pada kesempitan ringan, apabila ada faktor-faktor lain yang merupakan komplikasi seperti primigravida tua, kelainan letak janin yang tidak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami masa infertilitas yang lama, penyakit jantung dan lain-lain.
3)      SC sekunder dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal atau karena indikasi untuk menyelesaikan persalinan secepat mungkin sedangkan syarat-syarat untuk persalinan pervaginam tidak atau belum dipenuhi.
b.      Partus Percobaan
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam semua bidang dan berhubungan antara kepala janin dan panggul dan setelah dicapai kesimpulan bahwa ada harapan persalinan dapat berlangsung pervaginam dengan selamat sehingga diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan percobaan.

5.      Pembukaan Mulut Rahim/Servik
Normal :
Kecepatan pembukaan servik paling sedikit 1 cm/jam selama persalinan
a.    Fase aktif berlangsung disebelah kiri garis waspada.
b.    Servik dipenuhi oleh bagian terbawah dari janin


Abnormal:
Kecepatan pembukaan servik lebih lambat
a.   Fase aktif berlangsung disebelah garis waspada
Penanganan :
a.   Fase aktif > 8 jam :
1)      Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan servik serta tak didapatkan tanda gawat janin, kaji ulang diagnosisnya. Kemungkinan ibu belum dalam keadaan inpartu.
2)      Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan servik, lakukan drip oxsitosin dengan 5 unit dalam 500 cc dextrose/NaCl mulai dengan 8 tetes/menit, setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (max. 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostaglandin. Lakukan penilaianulang setiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah dilakukan oxsitosin lakukan SC.
3)      Pada daerah yang prevalensi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban tetap utuh selama pemberian oxitosin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penularan HIV.
4)      Bila didapatkan tanda adanya amnionitis, berikan induksi dengan oxsitosin 5 IU dalam 500 cc dextrose / NaCl mulai dengan 8 tetes / menit, setiap 15 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (max. 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostaglandin serta obati infeksi dengan ampisilin 29 IU sebagai dosis awal dan 1 gram IU setiap 6 jam dan gentamisin 2 x 8 gram.
6.      W a k t u 
Normal :
a.     Fase aktif tidak boleh > 8 jam
b.     Persalinan tidak berangsung > 12 jam tanpa kelahiran bayi
Abnormal :
a.     Fase aktif > 8 jam
b.     Persalinan telah berlangsung > 12 jam tanpa kelahiran bayi
Penanganan :
Persalinan yang telah berlangsung > 12 jam :
a.       Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah O2 ke plasenta, maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan. Mengedan dan menahan nafas yang terlalu lama tidak dianjurkan. Perhatikan DJJ. Bradikardi yang lama mungkin terjadi akibat lilitan tali pusat, dalam hal ini lakukan tindakan extraksi vacuum / forceps bila syarat terpenuhi.
b.      Bila mal persentasi dan tanda obstruksi bisa di singkirkan berikan oxsitosin drip. Bila pemberian oxitosin drip tidak ada kemajuan dalam 1 jam lahirkan dengan bantuan vacum / forceps bila persyaratan dipenuhi lahirkan dengan SC bila persyaratan vacuum dan forceps tidak dipenuhi.
7.       Kontraksi
Normal :
Kontraksi teratur yang progresif dan peningkatan frekuensi dan durasi.
Abnormal :
Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
Penanganan :
a.       Kontraksi uterus tidak adekuat (inersia Uteri)
Bila kontraksi uterus tidak adekuat dan disproporsi/obstruksi bias disingkirkan, penyebab paling banyak partus lama adalah kontraksi uters yang tidak adekuat.
1)      Lakukan induksi dengan oxsitosin 5 IU dalam 500 cc Dextrose (NaCl) / prostaglandin.
2)      Evaluasi ulang dengan pemeriksaan vaginal setiap jam :
 Bila garis tindakan dilewati (memotong) lakukan SC.
 Bila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam.
8.      Tekanan Darah 
Normal : Sistolik : 110-140 mmHg, Diastolik : 60-80 mmHg
Abnormal : Sistolik : < 110 atau >140 mmHg, Diastolik : < 60 atau >90 mmHg
9.      Urin :
Normal : 300 -350 mmHg, tidak ada proteinuri dan aseton
Abnormal : Terdapat aseton dan proteinuri
Penanganan :
a.        Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolik diantara 90-110 mmHg.
1)      Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge/>)
2)      Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
3)      Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteiniru.
4)      Jika jumlah urin < 30 ml perjam :
a)      Infuse cairan dipertahankan 11/8 jam
b)      Pantau kemungkinan edem paru
c)      Jangan tinggalkan pasien sendirian, kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
d)     Observasi tanda-tanda vital, refleks dan DJJ setiap jam
e)      Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edem paru. Krepitasi merupakan tanda-tanda edem paru, jika edem paru, stop pemberian cairan, dan berikan deuretik misanya Furesemide 40 mg IU.
f)       Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bed side. Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulapati.
10.  N a d i 
Normal :50 x / menit – 100 x / menit
Abnormal :Denyut nadi ibu meningkat, mungkin dalam keadaan dehidrasi.
Penanganan :
Beri minum yang cukup, evaluasi kondisi patologis lain.
11.  S u h u 
Normal : 36 – 37,5 oC
Abnormal :> 37,5 oC (infeksi), < 36 oC (dehidrasi)
Penanganan :
Lakukan penanganan infeksi

No comments:

Post a Comment