PERDARAHAN ANTE PARTUM
- Abortus
Abortus adalah : berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan. (pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal, hal 147)
a.
Klasifikasi Abortus
1)
Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa
intervensi medis maupun mekanis.
-
Abortus buatan menurut kaidah ilmu (Abortus provocatus
artificialis atau abortus therapeuticus). Indikasi abortus untuk kepentingan
ibu, misalnya : penyakit jantung, hipertensi esensial, dan karsinoma serviks.
2)
Abortus buatan, Abortus provocatus (disengaja, digugurkan),
yaitu :
-
Abortus buatan kriminal (Abortus provocatus criminalis)
adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang
tidak berwenang dan dilarang oleh hukum atau dilakukan oleh yang tidak
berwenang. (Obstetri Patologi, hal 2)
b.
Gambaran Klinis
Secara klinis abortus dibedakan menjadi :
1)
Abortus iminens (keguguran mengancam). Abortus ini baru
mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya, ostium uteri tertutup
uterus sesuai umur kehamilan.
2)
Abortus insipiens (keguguran berlangsung). Abortus ini sedang
berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi, ostium terbuka, teraba ketuban,
berlangsung hanya beberapa jam saja.
3)
Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap). Sebagian dari
buah kehamilan telah dilahirkan, tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta)
masih tertinggal di dalam rahim, ostium terbuka teraba jaringan.
4)
Abortus kompletus (keguguran lengkap), seluruh buah kehamilan
telah dilahirkan dengan lengkap, ostium tertutup uterus lebih kecil dari umur
kehamilan atau ostium terbuka kavum uteri kosong.
5)
Abortus tertunda (missed aboution), keadaan dimana janin
telah mati sebelum minggu ke-20, tetapi tertahan di dalam rahim selama beberapa
minggu setelah janin mati.
6)
Abortus habitualis (keguguran berulang), abortus yang telah
berulang dan berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3 kali berturut-turut.
(Obstetri Patologi, hal 5).
7)
Abortus tidak aman (unsafe abortion)
Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksana
tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman
sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien. (Pelayanan maternal dan
neonatal, hal. 148).
c.
Penanganan
1)
Penilaian awal
Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari:
-
Keadaan umum pasien
-
Tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan
sistolik < 90 mmHg, nadi > 112 x/menit)
-
Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut
bawah, adanya cairan bebas dalam kavum pelvis; pikirkan kemungkinan kehamilan
ektopik yang ter-
ganggu
ganggu
-
Tanda-tanda infeksi atau sepsis (demam tinggi, sekret berbau
pervaginam, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang porsio,
dehidrasi, gelisah atau ping
san)
san)
-
Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat
ditatalaksana pada fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk (setelah dilakukan
stabilisasi)
2)
Penanganan spesifik
Abortus imminens
-
Tidak diperlukan pengobatan medik yang khusus atau tirah
baring secara total
-
Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara
berlebihan atau melakukan hubungan seksual
-
Bila perdarahan:
o Berhenti: lakukan asuhan
antenatal terjadual dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi.
o Terus berlangsung: nilai
kondisi janin (uji kehamilan/ USG). Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya
penyebab lain (hamil ektopik atau mola)
o Pada fasilitas kesehatan
dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan melalui gejala klinik dan
hasil pemeriksaan ginekologik
Abortus insipiens
-
Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi
Bila usia gestasi < 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan
peralatan Aspirasi Vakum Manual (AVM) setelah bagian-bagian janin dikeluarkan
Bila usia gestasi > 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan
prosedur Dilatasi dan Kuretase (D&K)
-
Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau
usia gestasi lebih besar dari 16 minggu, lakukan tindakan pendahuluan dengan:
o Infus Oksitosin 20 unit
dalam 500 ml NS atau RL mulai dengan 8 tetes/menit yang dapat dinaikkan hingga
40 tetes/menit, sesuai dengan kondisi kontraksi uterus
hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi
hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi
o Ergometrin 0,2 mg IM yang
diulangi 15 menit kemudian
o Misoprostol 400 mg per
oral dan apabila masih diperlukan, dapat diulangi dengan dosis yang sama
setelah 4 jam dari dosis awal.
-
Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat
dikeluarkan dengan AVM atau D&K (hati-hati risiko perforasi)
Abortus inkomplit
-
Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi
setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsis)
-
Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai
perdarahan hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam
ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan:
o Bila perdarahan berhenti,
beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg per oral
o Bila perdarahan terus
berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM atau D&K (pilihan
tergantung dari usia gestasi, pembukaan serviks dan keberadaan
bagian-bagian janin)
bagian-bagian janin)
-
Bila tak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika
profilaksis (ampisilin 500 mg oral atau doksisiklin 100 mg)
-
Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 g dan metronidazol 500
mg setiap 8 jam
-
Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi di bawah 16
minggu, segera lakukan evakuasi dengan AVM
-
Bila pasien tampak ancmik, berikan sulfas ferosus 600 mg per
hari selama 2 minggu (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat).
Pada beberapa kasus, abortus inkomplit erat kaitannya dengan
abortus tidak aman, oleh sebab itu, perhatikan hal-hal berikut ini:
-
Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perforasi
uterus atau cedera intra-abdomen (mual/muntah, nyeri punggung, demam, perut
kembung, nyeri perut
bawah, dinding perut tegang, nyeri ulang lepas)
bawah, dinding perut tegang, nyeri ulang lepas)
-
Bersihkan ramuan tradisional, jamu, bahan kaustik, kayu atau
benda-benda lainnya dari regio genitalia
-
Berikan boster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor
pada dinding vagina atau kanalis servisis dan pasien pernah diimunisasi.
-
Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, berikan serum
anti tetanus (ATS) 1500 Unit IM diikuti dengan pemberian tetanus toksoid 0,5 ml
setelah 4 minggu
-
Konseling untuk kontrasepsi pasca keguguran dan pemantauan
lanjut
Abortus Komplit
-
Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet Ergometrin
3x1 tablet/hari untuk 3 hari
-
Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet Sulfas
Ferosus 600 mo/hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi
makanan bergizi (susu
sayuran segar. ikan, daging, telur). Untuk anemia berat, berikan transfusi darah.
sayuran segar. ikan, daging, telur). Untuk anemia berat, berikan transfusi darah.
-
Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi
antibiotika, atau apabila khawatir akan khawatir akan infeksi dapat diberi
antibiotika profilaksis.
Abortus infeksiosa
-
Kasus ini berisiko tinggi untuk terjadi sepsis, apabila
fasilitas kesehatan setempat tidak mempunyai fasilitas yang memadai, rujuk
pasien ke rumah sakit.
-
Sebelum merujuk pasien lakukan restorasi cairan yang hilang
dengan NS atau RL melalui infur dan berikan antibiotika (misalnya: ampisilin 1
g dan metronidazol 500 mg).
-
Jika ada riwayat abortus tidak aman, beri ATS dan TT.
-
Pada fasilitas kesehatan yang lengkap, dengan perlindungan
antibiotika berspektrum luas dan upaya stabilisasi hingga kondisi pasien
memadai, dapat dilakukan pengosongan uterus sesegera mungkin (lakukan secara
hati-hati karena tingginya kejadian perforasi; pada kondisi ini).
Tabel 1. Kombinasi antibiotika untuk abortus infeksiosa
Kombinasi antibiotika
|
Dosis oral
|
Catatan
|
Ampisilin
dan Metronidazol
|
3 x 1 g oral
dan
3 x 500 mg
|
Berspektrum luas dan
mencakup untuk gonorrhoea dan bakteri anaerob
|
Tetrasiklin dan
Klindamisin
|
4 x 500 mg
dan
2 x 300 mg
|
Baik untuk klamidia,
gonorrhoea dan bakteroides fragilis
|
Trimethoprim dan
Sulfamethoksazol
|
160 mg
dan
800 mg
|
Spektrum cukup luas dan
harganya relatif murah
|
Tabel 2. Antibiotika parenteral untuk abortus septik
Antibiotika
|
Cara pemberian
|
Dosis
|
Sulbenisilin
Gentamisin
Metronidazol
|
IV
|
3x1 g
2 x 80 mg
2x1 g
|
Seftriaksone
|
IV
|
1x1g
|
Amoksisiklin +
Klavulanik Acid Klindamisin
|
IV
|
3 x 500mg
3 x 600 mg
|
- Kehamilan Ektopik Terganggu
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di mana setelah
fertilisasi, implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri. Hampir 90%
kehamilan ektopik terjadi di tuba uterina. Kehamilan ektopik dapat mengalami
abortus atau ruptura apabila massa kehamilan berkembang melebihi kapasitas
ruang implantasi (misalnya: tuba) dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan
ektopik terganggu.
a.
Penilaian Klinik
Diagnosis hamil ektopik sangat ditentukan dengan kondisi
berikut ini:
Kehamilan ektopik yang belum terganggu
Pada keadaan ini, juga ditemui gejala-gejala kehamilan muda
atau abortus imminens (terlambat haid, mual dan muntah, pembesaran payudara,
hiperpigmentasi areola dan garis tengah perut, peningkatan rasa ingin berkemih,
porsio livide, pelunakan serviks, perdarahan bercak berulang).
Tanda-tanda tidak umum dari hasil pemeriksaan bimanual pada
tahapan ini adalah:
o Adanya massa lunak di
adneksa (hati-hati saat melakukan pemeriksaan karena dapat terjadi ruptur atau
salah duga dengan ovarium atau kista kecil)
o Nyeri goyang porsio
Kehamilan ektopik yang terganggu
Pada tahapan ini, selain gejala kehamilan muda dan abortus
imminens, pada umumnya juga ditemui kondisi gawat darurat dan abdominal akut
seperti:
o Pucat/anemis
o Kesadaran menurun dan
lemah
o Syok (hipovolemik)
sehingga isi dan tekanan denyut nadi berkurang serta meningkatnya frekuensi
nadi (di atas 112 x/menit)
o
Perut kembung (adanya cairan bebas intra
abdomen) dan nyeri tekan
o Nyeri perut bawah yang
makin hebat apabila tubuh digerakkan
o Nyeri goyang porsio
b.
Penanganan
o Setelah diagnosis
ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat
o Ketersediaan darah
pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan operatif karena sumber
perdarahan harus segera dihentikan.
o Upaya stabilisasi
dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan lamtan kristaloid NS
atau RL (500 ml dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama (termasuk
selama tindakan berlangsung)
o Bila darah pengganti belum
tersedia, berikan auto transfusion berikut ini:
-
Pastikan darah yang dihisap dari rongga abdomen telah melalui
alat pengisap dan wadah penampung yang steril
-
Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukkan
ke dalam kantung darah (blood bag). Apabila kantung darah tidak tersedia,
masukkan dalam botol
bekas cairan infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan sodium sitrat 10 ml untuk setiap 90 ml darah.
bekas cairan infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan sodium sitrat 10 ml untuk setiap 90 ml darah.
-
Transfusikan darah melalui slang transfusi yang mempunyai
saringan pada bagian tabung tetesan.
o Tindakan pada tuba dapat
berupa:
-
Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang
mengandung hasil konsepsi
-
Salpingostorni (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi di
mana tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan
hasil konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian
tersebut. Risiko tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang kurang sempurna
atau rekurensi (hamil ektopik ulangan).
o Mengingat kehamilan
ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi transportasi tuba yang disebabkan oleh
proses infeksi maka sebaiknya pasien diberi antibiotika kombinasi atau tunggal
dengan spektrum yang luas (lihat tabel antibiotika kombinasi dan tunggal pada abortus
septik)
o Untuk kendali nyeri pasca
tindakan dapat diberikan:
-
Ketoprofen 100 mg supositoria
-
Tramadol 200 mg IV
-
Pethidin 50 mg IV (siapkan antidotum terhadap reaksi
hipersensitivitas)
o Atasi anemia dengan tablet
besi (SF) 600 mg per hari.
o Konseling pasca tindakan
-
Kelanjutan fungsi reproduksi
-
Risiko hamil ektopik ulangan
-
Kontrasepsi yang sesuai
-
Asuhan mandiri selama di rumah
-
Jadwal kunjungan ulang
- Mola Hidatidosa
Hamil mola adalah suatu kehamilan di mana setelah fertilisasi
hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio letapi terjadi proliferasi dari
vili koriales disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak dan
berkembang lebih cepat dari usia gestasi yang normal, tidak dijumpai adanya
janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur.
(Pelayanan Maternal & Neonatal, hal 156)
a.
Penilaian Klinik
o
Hampir sebagian besar kehamilan mola
akan disertai dengan pembesaran uterus dan peningkatan kadar HCG
-
Lakukan pengukuran kuantitatif kadar HCG
spesifik (3 hCG rapid test) bila tidak tersedia fasilitas pemeriksaan tersebut,
pengukuran dapat dilakukan dengan uji kehamilan berbasis tera imunologik
(hemaglutinasi atau aglutinasi lateks) di mana kadar hormon tersebut diukur
secara semikuantitatif melalui pengenceran urin.
o Gejala
klinik mirip dengan kehamilan muda dan abortus imminens, tetapi gejala mual dan
muntah lebih hebat, sering disertai gejala seperti pre-eklampsia. Pemeriksaan dengan
ultrasonografi akan menunjukkan gambaran seperti sarang tawon tanpa disertai
adanya janin.
o Diagnosis pasti adalah
dengan melihat jaringan mola, baik melalui ekspulsi spontan maupun biopsi pasca
perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson (siapkan tindakan darurat apabila
terjadi perdarahan pascabiopsi). (Pelayanan Maternal & Neonatal, hal 157)
b.
Masalah
o Perdarahan pada kehamilan
muda yang disertai dengan gejala mirip preeklampsia
o Risiko tinggi untuk
terjadi keganasan (koriokarsinoma)
c.
Penanganan
Penanganan Umum
o Diagnosis dini akan
menguntungkan prognosis
o Pemeriksaan ultrasonografi
sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumberdaya sangat
terbatas, dapat dilakukan:
-
Evaluasi klinik dengan fokus pada:
ü Riwayat haid terakhir dan
kehamilan
ü Perdarahan tidak teratur
atau spotting
ü Pembesaran abnormal uterus
ü Pelunakan serviks dan
korpus uteri
-
Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin
-
Pastikan tidak ada janin (ballotement) atau denyut jantung
janin sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta
Sisson
o Lakukan pengosongan
jaringan mola dengan segera
o Antisipasi komplikasi
(krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)
o Lakukan pengamatan lanjut
hingga minimal 1 tahun pasca evakuasi
Penanganan Khusus
o Segera lakukan evakuasi
jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU
oksitosin dalam 500 ml NS atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit
(sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi
terhadap pengosongan uterus secara cepat).
o Pengosongan dengan
Aspirasi Vakum lebih arnan dari Kuretase Tajam. Bila sumber vakum adalah tabung
manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara
bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai.
o Kenali dan tangani
komplikasi penyerta seperti tiritoksikosis atau krisis tiroid baik sebelum,
selama dan setelah prosedur evakuasi
o Anemia sedang cukup
diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi
o Kadar hCG di atas 100.000
IU/L praevakuasi dianggap sebagai risiko tinggi untuk perubahan ke arah ganas,
pertimbangkan untuk memberikan methotrexate (MTX) 3-5 mg/kgBB atau 25 mg IM
dosis tunggal.
o Lakukan pemantauan kadar
HCG hingga minimal 1 tahun pascaevakuasi. Kadar yang menetap atau meninggi
setelah 8 minggu pasca evakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblas aktif (di
luar uterus atau invasif); berikan kemoterapi MTX dan pantau (3-HCG serta besar
uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu.
o Selama pemantauan, pasien
dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak)
atau tubektomi apabila ingin menghentikan fertilitas.
No comments:
Post a Comment